Saraf Wajah Tertarik, Ternyata Ini Penyebabnya

Saraf wajah tertarik, bisa menjadi salah satu gejala dari penyakit Bell’s palsy. Penyakit Bell’s palsy merupakan kelumpuhan atau kelemahan otot pada satu sisi wajah. Kondisi ini bisa membuat wajah menjadi tak simetris. Penyebab pastinya belum diketahui secara pasti (idiopatik).

Kerusakan saraf wajah ini juga bisa menyebabkan berkurangnya atau hilangnya kemampuan wajah untuk bisa berekspresi. Mengalami gangguan produksi air mata dan rasa pengecap, serta mati rasa. Biasanya serangan Bell’s palsy hanya bersifat sementara dan bisa sembuh dengan sendirinya.

Seberapa umumkah saraf wajah tertarik akibat penyakit Bell’s palsy?

Kejadian Bell’s palsy berkisar 23 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya. Berdasarkan gejalanya, terkadang masyarakat awam mengganggap penyakit Bell’s palsy sebagai serangan stroke. Selain itu juga mungkin berhubungan dengan tumor sehingga perlu pemeriksaan yang lebih pasti.

Bagaimana mendiagnosis Bell’s palsy?

Untuk mendiagnosis Bell’s palsy, dokter membutuhkan wawancara dengan pasien. Wawancara bisa berupa menanyakan riwayat penyakit pasien maupun keluarga, seperti diabetes melitus, hipertensi, gangguan telinga, riwayat stroke, gangguan ginjal, dan sebagainya.

Selain itu, dokter juga akan memastikan apakah kelumpuhan pada wajah sebelah tidak serta dengan kelumpuhan anggota tubuh yang lain. Jika ada kelumpuhan, maka kemungkinan bisa terkena stroke.

Apa saja gejala Bell’s palsy selain saraf wajah tertarik?

  • Kelumpuhan sebelah otot wajah bagian atas dan bawah, secara tiba-tiba. Pasien tidak dapat mengerutkan dahi, menutup kelopak mata, wajah tertarik ke arah sisi yang sehat, dan sebagainya
  • Nyeri tajam pada bagian belakang telinga atau dari dalam telinga
  • Sensitif terhadap suara
  • Berkurangnya daya pengecapan pada lidah
  • Kadang wajah terasa kaku

Apa saja pengobatan Bell’s palsy?

Pengobatan yang dokter mungkin berikan bisa berupa obat-obatan, fisioterapi, dan latihan mandiri. Jika pasien memiliki penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi, maka dosisnya akan lebih ketat dan perlu kontrol untuk kedua penyakit tersebut. Antivirus bisa dokter berikan jika tidak terdapat gangguan fungsi ginjal.

Selain itu, pasien dapat melakukan terapi sendiri di rumah. Misalnya, melihat ke cermin dan berlatih mengucapkan huruf A-I-U-E-O dengan otot mulut bergerak secara maksimal. Bila kondisi semakin parah, segeralah melakukan pemeriksaan dengan dokter.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No.34, RT.7/RW.5, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12740

Informasi dan Pendaftaran

Informasi dan Pendaftaran

021-7919-6999

registrasi@lamina.co.id

Book Online

Book Online

Appointment Now